Macro Photography atau fotografi makro adalah foto yang diambil dengan jarak sangat dekat untuk mendapatkan detail yang tinggi pada sebuah objek berukuran kecil seperti serangga, tetesan embun, susunan pensil kayu dan lain-lain. Foto makro biasanya memiliki rasio 1:1 dimana gambar yang dihasilkan sama ukurannya dengan benda aslinya.
Fotografi macro saat ini sedang digemari karena mampu menunjukkan sisi lain dari objek yang ada disekitar kita, terutama foto makro yang bertemakan serangga. Foto-foto tersebut selain indah dan unik, juga memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Beberapa diantaranya malah digunakan aktivis lingkungan hidup untuk kampanye pelestarian lingkungan.
Dalam kesempatan ini, sesuai dengan motto saya “learn, share and friendship” maka saya akan menuliskan beberapa tips dan trik fotografi makro yang biasa saya lakukan sebagai photografer makro, sehingga bisa menjadi panduan bagi pembaca untuk menciptakan sebuah karya yang bagus dan bernilai seni tinggi.
Berikut ini adalah tips foto makro oleh shikhei goh :
Gunakan Lensa Makro.
Untuk fotografi makro, menggunakan lensa makro adalah pilihan yang paling tepat, karena lensa makro biasanya memiliki pembesaran 1:1 bahkan lebih. Selain lensa makro, alternatif lain yang dapat digunakan dalam fotografi makro adalah extension tube, reverse ring atau filter close up.
Perhatikan pengaturan kamera.
- Setting kamera dengan format RAW (ini berguna saat proses editing nanti, karena kita bisa melakukan koreksi warna pada foto).
- Setting Aperture sebaiknya antara F7,1 sampai F11 (tergantung situasi).
- Setting Shutter Speed sebaiknya antara 1/80sec sampai 1/160sec tergantung situasi.
- Setting ISO tidak dianjurkan menggunakan ISO tinggi akan menimbulkan noise dan grainpada foto, sebaiknya setting ISO antara 100 sampai 400.
- Setting Picture Style pada Neutral.
- Setting White Balance (WB) pada Celvin 4200 sampai dengan 4800.
Gunakan Manual Focus.
Dengan menggunakan manual focus, saya mendapatkan fokus yang lebih akurat dibanding menggunakan auto focus. Beberapa jenis lensa mengandalkan bunyi beep saat focusnya tepat, namun ada juga jenis lensa tertentu seperti lensa Mpe 65 yang tidak ada bunyi beep dan benar-benar mengandalkan mata kita, untuk menemukan fokus yang tepat, lensa ini digunakan dengan cara memajumundurkan lensa didekat objek. Penggunaan manual focus ini juga mempermudah saya dalam bermain komposisi foto.
Pastikan kamera tidak goyang (shake).
DoF yang sempit pada foto makro berdampak pada susahnya melakukan fokus pada objek. Sedikit guncangan saja, maka fokus akan meleset. Untuk mengatasi ini, pastikan sebelum memotret sudah tidur yang cukup pada malam harinya dan usahakan sarapan pagi sebelum turun hunting. Atur posisi tubuh seperti seorang penembak jitu , kemudian atur pernapasan setenang mungkin. Apabila masih dirasa tremor (gemetar), gunakan alat bantu berupa tripodatau monopod. Bisa juga dengan menggunakan speed diatas 1/125 sec.
Perhatikan waktu pemotretan.
Untuk foto natural, waktu yang tepat untuk pemotretan adalah pada saat matahari bersinar lembut sekitar jam enam sampai jam sembilan pagi dan sore hari sekitar jam empat sampai jam enam sore. Pada waktu-waktu tersebut, serangga masih kurang aktif karena masih berselimutkan butiran embun pagi atau sedang makan. Sementara untuk foto ekstrim, tidak ada batasan waktu, karena kita menggunakan alat bantu berupa flash dan peredam cahaya.
Perhatikan arah cahaya.
Saya biasa memanfaatkan cahaya alam yang berlawanan dengan kamera (Backlight) karena akan membuat foto yang dihasilkan menjadi lebih indah dan berdimensi. Untuk mendapatkan backlight ini, sebaiknya dilakukan ketika matahari sedang bersinar lembut (softlight) sekitar jam lima sampai jam enam pagi atau sekitar jam lima sore. Yang perlu diperhatikan, lensa jangan berhadapan langsung dengan matahari karena bisa menjadi siluet.
Gunakan bantuan cahaya hanya bila diperlukan saja.
Penggunaan bantuan cahaya atau cahaya artifisial seperti Flash/Speedlite/Reflector dan lain-lain diperlukan pada saat cuaca agak gelap (low light) terutama untuk fotografi makro yang meng-close-up objek dengan pembesaran yang ekstrim (diatas 1:1). Pada foto seperti itu cahaya yang natural kurang mendukung. Terutama saat jarak potret antara lensa ke objek sudah sangat dekat, karena exsposure-nya akan semakin berkurang dan rentan terhadap noise.
Penggunaan cahaya bantuan ini mampu membuat detil-detil pada objek terekam dengan prima, bahkan dalam kondisi gelap atau tanpa cahaya sekalipun (malam hari), sehingga tidak membatasi kita untuk memotret kapan saja dan dimana saja. Untuk meredam apabila terjadi kelebihan cahaya (over exposure) maka penggunaan flash ini harus dipadukan dengan diffuser. Untuk objek berukuran cukup besar seperti Robberfly Bulu Emas, tidak perlu menggunakan flash, cukup mengandalkan cahaya alam atau cahaya yang natural saja.
Dekati objek step by step.
Jika bertemu objek foto berupa serangga, jangan mendekat dengan tergesa-gesa. Ini akan membuat objek foto yang kita tuju menjadi tidak tenang dan liar. Mendekatlah selangkah demi selangkah dan usahakan tidak membuat gerakan yang tidak perlu agar objek merasa aman dan tidak menganggap kehadiran kita sebagai ancaman.
Hindari Penggunaan Parfum.
Saat memotret serangga, usahakan untuk tidak menggunakan parfum atau wewangian yang berlebihan apalagi yang berbau menyengat. Serangga tidak menyukainya.
Berpikir dan Bertindak Cepat.
Begitu bertemu dengan objek foto, segera atur metering, kemudian pikirkan komposisi foto yang tepat sebelum mendekati objek. Hal ini berguna untuk meminimalisir proses cropping yang berlebihan pada foto dan meminimalisir kehilangan moment apabila objek yang dituju cepat berpindah tempat.
Perhatikan Angle.
Pastikan Angle (sudut bidik) sejajar dan tegak lurus dengan objek untuk mendapatkan fokus dan ketajaman yang merata, sepanjang apapun objeknya.
Jangan Merusak Habitat Serangga.
Hal penting yang harus dilakukan dalam seluruh rangkaian pemotretan adalah jangan merusak habitat serangga. Melangkahlah dengan hati-hati saat mendekati objek agar tumbuhan yang ada disana tidak patah atau rusak karena pergerakan kita. Habitat yang terjaga membuat serangga tetap betah tinggal disana dan kita pun dapat berkunjung untuk melakukan pemotretan kembali. Tentunya sangat disayangkan apabila kita telah menghasilkan beberapa foto yang bagus dalam satu kesempatan, namun dalam kesempatan berikutnya kita tidak lagi menemukan tempat-tempat bertengger yang eksotis di habitat serangga-serangga tersebut.
Perhatikan Post Processing (pengolahan foto).
Pengolahan foto dilakukan untuk mengoreksi hasil foto agar tampilannya menjadi lebih menarik. Pengolahan paling mendasar pada foto makro meliputi pengaturan keterangan (Brightness), kontras (Contrast), saturasi warna (Saturation), mereduksi noise dan mempertajam (Sharpness). Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan pada tahap ini adalah :
- Gunakan foto yang komposisi, fokus dan backgroud-nya sudah bagus sejak masih di kamera.
- Lakukan pengaturan brightness, contras, level, dan lain-lain yang dianggap perlu sesuai selera masing-masing. Namun usahakan agar hasilnya tidak berbeda terlalu jauh dari warna aslinya.
- Lakukan clone stamp untuk merapikan background yang dirasa mengganggu.
- Jika memang benar-benar diperlukan, lakukan cropping foto seminimal mungkin.
- Jika foto terlihat noise dan berbintik-bintik (grain), lakukan reduksi noise dan penajaman secukupnya.
- Untuk foto natural, olah digital (digital imaging) yang berlebihan sangat tidak direkomendasikan.
- Demikian tips dan tricks yang biasa saya lakukan sebagai Photografer Macro. Semoga apa yang saya bagi dalam kesempatan ini, dapat bermanfaat dan menambah wawasan pembaca.
Sumber
Komentar Terbaru