Sosial media, bisa jadi itu adalah penyulut fenomena selfie. Sebutlah Facebook, Twitter, Instagram, atau Path, di mana lagi kita bisa menemukan seseorang memajang foto diri dari waktu ke waktu? Teknologi telah menjadi faktor utama pendukung eksistensi manusia.

“Teknologi telah memfasilitasi kebutuhan orang untuk narsis dan memudahkan orang untuk eksis,” kata Roslina Verauli, psikolog anak, remaja, dan keluarga. Perempuan yang akrab disapa Vera itu mengatakan, kini semakin mudah orang dengan hobi tertentu memasang foto hasil karya mereka agar bisa dinikmati pula oleh orang lain di media sosial.

“Orang dengan hobi fotografi akan lebih mudah memajang foto karyanya, yang hobi masak juga lebih gampang berbagi foto-foto hasil makanan mereka.”

Sebagai psikolog, Vera juga memanfaatkan media sosial sebagai eksistensi dirinya. Tidak jarang lewat Twitter-nya di @verauli, Vera memasang informasi psikologi yang bermanfaat bagi 5.344 pengikutnya.

Kita akui, teknologi sosial media tidak melulu memfasilitasi selfie, tapi juga eksistensi diri yang positif, seperti berbisnis. “Itu (sosial media) juga mendukung eksistensi manusia. Mereka yang tidak cakep, hanya punya satu tangan sukses berjualan lewat internet,” ucap Vera menjelaskan.

Vera bukan tanpa arti mengatakan hal tersebut. Banyak pengusaha-pengusaha sukses yang lahir dari berkat eksistensi dirinya di media sosial. Sebutlah nama produk Maichi yang fenomenal, lahir dari ide lelaki bernama Reza Nurhilman.

Reza menjalankan strategi pemasarannya dengan berpromosi melalui sosial media Facebook dan Twitter. Kesuksesannya di awali dari testimoni teman-temannya di Twitter. Dari situ, merek Maichi kian dikenal. Demikianlah, bagaimana sosial media dapat membawa kita ke ranah narsis atau eksistensi diri positif. , CNN Indonesia

Share This