Jakarta – Teknologi sensor shift di dalam kamera pada awalnya digunakan untuk melawan getaran kamera supaya foto tetap tajam. Teknologi ini terdapat di beberapa sistem kamera seperti Sony SLT dan Sony mirrorless (A7 mk II), Olympus, Panasonic (GX7) dan Pentax. Masing-masing memiliki istilah sendiri dan mengunakan mekanisme yang sedikit berbeda tetapi tujuannya sama.
Keunggulan mekanisme sensor shift dibandingkan lens shift stabilization adalah semua lensa yang dipasangkan baik yang ada stabilizationnya atau tidak akan distabilkan. Bagi sistem kamera yang mengadopsi teknologi ini, lensanya cenderung lebih kompak dan ringan karena tidak perlu memasang mekanik stabilization di lensa. Keuntungan lainnya yaitu saat merekam video hasilnya akan lebih stabil saat kamera dipegang dengan tangan.
Teknologi sensor shift juga semakin populer beberapa tahun terakhir. Sistem kamera yang tadinya tidak mengadopsi teknologi ini juga mulai memasangkan di body kamera mereka. Contohnya kamera mirrorless Sony A7 mk II dan Panasonic GX7.
Selanjutnya, teknologi sensor shift ini dikembangkan untuk menghasilkan efek lainnya. Olympus OMD EM5 mk II misalnya, memanfaatkan teknologi ini untuk membuat foto yang beresolusi tinggi (40 MP) padahal ukuran sensor aslinya hanya 16 MP. Saat fitur ini diaktifkan, mekanisme sensor shift akan bergetar ke segala arah dan kamera akan mengambil foto sebanyak 8 buah selama kurang lebih dua detik, lalu menggabungkanya menjadi satu foto beresolusi 40 MP.
Sebelum Olympus OMD EM5 mk II, kamera medium format Hasselblad H5D-50c juga mengunakan sensor shift untuk membuat foto dengan resolusi yang sangat tinggi, yaitu 200MP. Satu file RAW-nya berukuran 75MB. Gabungan multi-shot menghasilkan foto kurang lebih 400 MB.
Ricoh Pentax juga tidak ketinggalan dalam mengembangkan teknologi sensor shift ini. Di tahun 2013, Ricoh mengumumkan Pentax K3, yang memanfaatkan sensor shift untuk membuat efek AA filter. Tujuannya adalah menghindari munculnya moire dan false color saat memotret subjek foto yang teksturnya rapat, halus dan bepola misalnya garis-garis di kemeja. Dengan simulasi filter AA ini, Pentax tidak perlu mengeluarkan dua jenis kamera seperti yang pernah dilakukan oleh Nikon dalam bentuk kamera Nikon D800 dan D800E. Yang E tidak memiliki filter AA.
Di pameran CP+ 2015 di Jepang, Ricoh mengumumkan teknologi baru yang juga memanfaatkan mekanisme sensor shift. Sekilas mirip dengan Olympus tapi tujuan dari Ricoh berbeda. Tujuan Ricoh bukan untuk membuat resolusi gambar yang lebih dari resolusi kameranya (24MP) tapi untuk mendapatkan informasi warna yang lengkap sehingga hasil foto lebih terlihat lebih detail dan warna lebih akurat.
Metode ini berbeda dengan Olympus EM5 II yang perlu 8 foto, metode Ricoh hanya mengunakan empat foto saja. Teknologi yang dikembangkan Ricoh ini akhirnya diwujudkan ke kamera DSLR Pentax K3 generasi ke-2 yang baru diumumkan akhir bulan April 2015 ini.
Penulis: Enche Tjin – detikinet
Komentar Terbaru