Melihat Matahari dari Foto ke-100 Juta Sang Surya
Solar Dynamics Observatory, pengamat Matahari buatan badan antariksa Amerika Serikat (NASA). (Dok. Nasa.gov) |, CNN Indonesia 

Pada awal pekan ini, instrumen pada pengamat matahari milik NASA, Solar Dynamics Observatory (SDO), berhasil memotret 100 juta gambar Matahari. Instrumen itu adalah Atmospheric Imaging Assembly (AIA), yang memakai empat teleskop, bekerja secara pararel untuk menghasilkan empat gambar Matahari setiap 12 detik.

Selain AIA, ada dua instrumen lain di SDO, yaitu: Helioseismic Magnetic Imager dan Extreme Ultraviolet Variability Experiment. Dari ketiganya, SDO mengirimkan 1,5 terabita data setiap hari. Setengahnya dari AIA. Saban hari dia memproduksi 57.600 foto mendetail dari Matahari. Segalanya direkam, mulai dari tarian material sang surya sampai letusan yang disebut Corona.

SDO diluncurkan pada 11 Februari 2010. Para ilmuwan menelisik misteri Corona, yang panasnya bisa mencapai 1.000 kali lebih panas ketimbang permukaan Matahari. Atau tentang penyebab badai besar yang menimbulkan kobaran besar di Matahari. Juga tentang mengapa medan magnet Matahari bergerak secara konstan.

Untuk menandai foto ke-100 juta, peneliti SDO, Dean Pesnell, di Goddard Space Flight Center di Greenbelt, Maryland, dan Karel Schrijver, investigator di AIA yang berlokasi di Lockheed Martin di Palo Alto, California, memilihkan foto yang paling menarik.

Matahari dalam sekeping foto. Area gelap di bagian bawah dan atas gambar Matahari ini adalah apa yang disebut sebagai lubang-lubang Corona. Ini adalah arena yang gasnya kurang padat dan material surya mengalir menjauh dari Matahari. (Dok. NASA/SDO/AIA/LMSAL)
Share This