Osman Sagirli Foto bocah Suriah yang disebarkan melalui media sosial itu diabadikan seorang fotografer di kamp pengungsian.

KOMPAS.com — Ribuan pengguna internet telah menyebarkan foto seorang bocah Suriah yang mengangkat kedua tangannya karena mengira kamera yang diarahkan kepadanya merupakan senjata api. Bagaimana kisah di balik foto tersebut?

Ramainya peredaran foto bocah Suriah berambut poni dan berpipi tembam di dunia maya tidak lepas dari peran Nadia Abu Shaban. Wartawan foto yang berbasis di Gaza, Palestina, itu menyebarkan foto tersebut melalui Twitter pada Selasa (24/3/2015) lalu.

“Seorang jurnalis foto mengabadikan foto bocah Suriah ini. Bocah itu berpikir sang jurnalis foto menodongkan senjata, bukan kamera, sehingga dia menyerah,” demikian tulis Nadia dalam akun Twitter-nya.

Sejak diunggah ke dunia maya pada Selasa lalu, foto itu telah di-retweet 11.000 kali. Kemudian, ketika diunggah di jejaring Reddit, foto itu menerima 1.600 komentar dan 5.000 vote.

“Saya menangis”, “Sedih bukan main”, dan “Kegagalan kemanusiaan” adalah komentar-komentar yang jamak ditulisnetizen saat mengomentari foto tersebut.

Kendati begitu, tak jarang pula pengguna internet yang menuding foto itu hoax atau sengaja dibikin. Tuduhan itu dialamatkan mengingat tidak ada nama fotografer pada foto tersebut.

Saat BBC menanyakan hal itu kepada Nadia Abu Shaban, dia mengaku dirinya bukan yang mengabadikan momen tersebut. Dia juga tidak bisa menjelaskan identitas fotografer yang mengambil foto itu.

Titik terang mulai muncul ketika seorang pengguna Imgur, situs khusus untuk berbagi foto, mengaitkan foto tersebut pada sebuah kliping surat kabar Turki. Nama fotografer dalam kliping foto itu ialah Osman Sagirli.

Kamp pengungsi

BBC kemudian melacak keberadaan Sagirli. Pria itu kini bekerja di Tanzania dan foto tersebut dia abadikan saat meliput konflik Suriah untuk surat kabar Turkiye, Desember 2014 lalu.

Menurut dia, bocah yang dia bidik sebenarnya bocah perempuan bernama Hudea. Bocah berusia empat tahun itu merupakan anak keluarga pengungsi di kamp pengungsian Atmeh di Suriah, sejauh 10 kilometer dari perbatasan Turki. Anak itu sampai di kamp bersama ibu dan dua saudara kandungnya setelah bepergian sejauh 150 kilometer dari rumah mereka di Kota Hama, Suriah.

“Saat itu saya menggunakan lensa tele dan dia mengiranya itu senjata. Saya sadar dia amat takut ketika saya mengambil foto karena dia menggigit bibirnya dan mengangkat kedua tangannya. Umumnya anak-anak lari dan menyembunyikan wajah mereka atau tersenyum saat melihat kamera,” ujar Sagirli.

Sewaktu meliput kondisi di kamp tersebut, Sagirli mengaku menjadi paham akan situasi konflik sebenarnya.

“Di kamp itu ada orang-orang yang tercerai-berai dari kampung halaman mereka. Lebih mengena melihat derita mereka bukan melalui orang dewasa, melainkan melalui anak-anak. Sebab, anak-anak memancarkan perasaan mereka dengan keluguan,” ujarnya.

Foto Hudea pertama kali muncul di surat kabar Turkiye pada Januari lalu. Foto itu tersebar di kalangan pengguna media sosial Turki saat itu. Namun, foto tersebut baru beredar ke seluruh dunia beberapa bulan setelahnya.


Editor : Egidius Patnistik
Sumber BBC Indonesia
Share This