Era digital dan kebiasaan selfie ketika berkunjung ke restoran telah membuat profesi seorang fotografer khas restoran di Adelaide ini perlahan-lahan tersingkir.
Seperti halnya fotografer berdedikasi lainnya, Julius Krantz memiliki subjek foto favoritnya sendiri yakni orang yang sedang menikmati kuliner di malam hari di restoran.
Krantz telah berpetualang mengabadikan berbagai moment dibanyak restoran di kawasan Adelaide sejak tahun 1989.
“Restoran merupakan tempat bagus bagi saya untuk mendapatkan foto yang bagus,”
“Orang-orang di restoran tampak santai, tidak seperti di studio dan gambarnya menjadi terlihat lebih nyata,” katanya.
Setelah 26 tahun menekuni fotografi restoran, Krantz mengatakan banyak pengunjung menganggapnya sebagai bagian dari furniture restoran, sementara pemilik restoran memperlakukannya sebagai bagian dari keluarga mereka.
Thao Te bertemu dengan Julius Krantz pada hari pertama dia membuka restoran Thailandnnya di jalan O’Connell yang sibuk di Utara Adelaide.
“Kami sudah membuka toko disini selam 16 tahun dan Julius sudah mengunjungi kami sejak hari pertama kami buka. Bagi pengunjung saya dia sudah seperti icon,” tuturnya.
Namun kedatangan generasi digital telah membuat orang sekarang ini semakin jarang yang bersedia membayar foto yang diambil oleh Krantz seharga $20.
“Sekarang ini foto di restoran sudah tidak menjadi bisnis yang menghasilkan uang lagi bagi saya, tapi lebih kepada hobby saja,” katanya.
“Jika saya beruntung diakhir pekan, saya bisa menjual 4 – 5 foto dalam semalam, kadang hanya beberapa saja bahkan kadang tidak sama sekali,”
Karir Krantz sebagai fotografer restoran berawal di Hungaria. Pada tahun 1971, dia membeli kamera Praktica di Jerman Timur dan mulai mengunjungi restoran di Budapest.
Krantz kemudian memutuskan meninggalkan Hungaria pada tahun 1987, dan membawa anak-anaknya ke Australia. Sejak itu dia telah memfoto ribuan orang dan diperkirakan dia telah memiliki setidaknya 25 kamera.
Namun revolusi digital dan selfie yang saat ini semakin lazim juga terus mengancam masa depan profesi Krantz sebagai fotografer restoran.
Jenny Scott adalah pengarsip foto di Perpustakaan Negara Bagian Australia Selatan, ia bertanggung jawab menjaga jutaan foto yang ada dalam koleksi perpustakaan tersebut.
Dia meyakini era digital telah membuat menimbulkan dikotomi yang memicu rasa penasaran dalam sikap masyarakat.
“Pada awalnya, foto merupakan benda yang sangat mahal, karena itu sangat dihargai dan dipelihara dengan baik oleh masyarakat,’ kata Scott.
“Sekarang orang tidak terlalu memperhatikannya, kecuali pada tragedi kebakaran di Adelaide Hills baru-baru ini,”
“Banyak orang yang lebih mengutamakan mengabadikan sebuah moment kebakaran seperti itu terlebih dahulu, daripada menyelamatkan anak-anak dan hewan peliharaan,”
Tapi meski digital kini merajalela, namun menurutnya foto digital tidak memberikan stabilitas yang sama dengan kamera film.
Scott mengatakan kemungkinan foto selfie dapat bertahan lama seperti halnya gambar hitam dan putih klasik sangat jauh kemungkinannya .
“Ini bukan hanya foto digital, tapi media digital dengan seluruh cara kita berkomunikasi sekarang ini jauh lebih sedikit kemungkinan stabilitas dan kemampuannya untuk bertahan lama,” katanya.
“Jadi, jika Anda sudah mengabadikan pesta ulang tahun pertama anak Anda pada smartphone Anda, Anda perlu memindahkanya ke media yang lebih stabil, sebelum telepon Anda tercemplung ke bak mandi atau yang lebih buruk dari itu,’ katanya.
Menurut Scotts, ironisnya, sejarah dari generasi yang paling saling terhubung satu sama lain ini kemungkinakan hanya akan meninggalkan sedikit saja foto kenang-kenangan.
Tidak akan ada foto lama yang memudar warnanya karena tersimpan di bawah laci selama bertahun-tahun sebagai benda kenangan dan mungkin saja dalam 50 tahun mendatang, akan hanya ada sedikit rasa atau kenangan seperti apa nuansa keseharian kehidupan pada tahun 2015.
Bisnis foto di restoran milik Krantz semakin terancam kelangsungannya sebagai dampak buruk dari meningkatnya kebiasaan selfie.
ABC Radio Australia
Komentar Terbaru