Cerita di Balik Foto Terhebat Muhammad Ali

, CNN Indonesia

Dalam dunia fotografi olahraga, nama Neil Leifer mungkin sama terkenalnya dengan Muhammad Ali.

Ia adalah fotografer yang secara sempurna mengabadikan momen ketika Ali menjatuhkan Sony Liston untuk merebut gelar juara dunia pertama kali. Foto ini pun sering disebut-sebut sebagai foto paling simbolis dari Ali.

Fotografer Sports Illustrated ini juga yang dibolehkan  Ali demikian dekat dengan dirinya, hingga diizinkan untuk masuk ke ruang ganti dan mendapatkan berbagai foto eksklusif, mulai dari Ali yang makan puding seperti anak kecil, hingga Ali yang sedang mendinginkan rahangnya seusai dihantam Ken Norton.

Tak hanya Ali, Leifer juga mengabadikan wajah George Foreman ketika ia menundukkan Joe Frazier, dan juga memotret muka babak belur Frazier seusai ia bertarung dengan Ali di Manila.

Bagi Leifer, Ali sendiri adalah subjek foto yang ia taruh dekat dengan hatinya.

“Ali adalah impian seorang fotografer. Ia sangat menarik. Ia yang Anda inginkan dalam sosok seorang petinju.

“Ada beberapa subjek (foto) yang tidak tahu caranya berpose dan ada yang tahu. Ali termasuk yang paham berpose. Ia juga sangat kooperatif. Seorang fotografer tidak mungkin gagal memotret Ali,” kata Leiffer.

Hal sama diamini oleh Howard Bingham, fotografer lain yang juga mengubah ratusan momen Ali ke dalam bentuk foto. Menurutnya, Ali memiliki wajah yang terlahir untuk dibidik kamera.

“Tak ada satupun orang di dunia ini yang memiliki wajah seperti Ali,” tutur Bingham sebagaimana dikutip dari buku Thomas Hausser, Muhammad Ali: His Life and Times.

“Saya bisa mengambil ratusan foto dari seseorang dan mungkin hanya ada satu atau dua yang benar-benar bagus. Namun, dengan Ali, ketika ia berada dalam masa kejayaannya, saya bisa mendapatkan empat puluh hingga lima puluh foto yang hebat.”

Foto Terbaik

Namun dari ratusan foto yang telah ia ambil sepanjang 40 tahun karier profesionalnya, Leifer mengaku hanya ada satu foto yang hingga kini masih ia gantung di rumahnya, yaitu foto pertarungan antara Ali melawan Cleveland Williams.

Dalam foto udara itu, Ali terlihat mengangkat tangannya dan berjalan menuju satu pojokan ring, sementara Williams terkapar dengan sang wasit yang sedang memeriksa kondisi Williams.

Foto tersebut diambil dalam salah satu pertarungan terbaik dalam karier Ali. Dikatakan, Ali tampil demikian sempurna dalam “menghajar” Williams sehingga pertandingan sudah berakhir pada menit ke 1:08 di ronde ketiga dengan wasit yang menghentikan laga dan memberikan Ali kemenangan TKO.

Leifer menciptakan foto tersebut dengan kamera yang digantung pada ketinggian kurang lebih 24 meter dari atas Astrodome kota Houston, sementara Leifer berada di samping ring tinju, memegang remote control untuk mengendalikan bukaan kamera.

Foto terbaik Neil Leifer diilustrasikan kembali. (CNN Indonesia/Fajrian/Rengga Adhiwena)

Leifer sendiri melabeli foto tersebut sebagai foto terbaiknya.

“Saya bisa berbicara panjang tentang aspek teknis foto tersebut, bagaimana saya mempelajari Astrodome, merencanakan foto tersebut selama berminggu-minggu sebelum pertarungan dilakukan, bagaimana saya berulang-ulang membayangkan foto tersebut di kepala saya,” ujar Leifer kepada majalah Life.

“Namun yang membuat karya ini demikian spesial bagi saya adalah karena foto ini yang paling dekat dengan sebuah foto sempurna.

“Ali, Williams, wasit, wartawan, simetrinya, dramanya — ini satu-satunya foto yang tak akan saya ubah barang seujung benangpun,” kata sang fotografer yang pada Oktober lalu baru saja menggelar pameran bertajuk Images We Remember – The World of Neil Leifer.

Tak Mungkin Diulangi

Leifer sendiri sebenarnya sudah berencana untuk mengambil foto tersebut semenjak pertarungan Ali satu tahun sebelumnya, yaitu ketika Ali berhadapan dengan Sony Liston. Kala itu, dengan teknik yang sama, yaitu menggantung kamera di udara, Leifer mendapatkan foto dengan lensafish-eye ketika Ali menganvaskan Liston.

“Hal paling penting dari gambar ini (Ali vs Liston) adalah saya mendapatkan ide yang kemudian saya gunakan dengan sukses di Houston Astrodome.

“Pasalnya, arena tersebut memungkinkan saya untuk menempatkan kamera 24 meter dari atas kanvas. Karena itulah saya mampu mengambil foto yang saya anggap sebagai foto terhebat dalam karier saya,” kata Leifer sebagaimana dikutip dalam Sports Illustrated.

Sementara itu, pada Oktober lalu, Leifer berkata bahwa foto itu takkan pernah ia ulangi lagi.

“Saat ini, ring tinju dipenuhi oleh berbagai iklan. Anda tak akan pernah mendapatkan kanvas yang benar-benar bersih lagi.”

Share This