Yoga Hastyadi Widiartanto/KOMPAS.com (kiri-kanan) Fotografer Kompas Arbain Rambey, Senior Regional Marketing Manager APAC Western Digital Simon Whitford, Territory Sales Manager Indonesia Western Digital Tjhin Merry

JAKARTA, KOMPAS.com — Kebanyakan ponsel masa kini dibekali dengan kamera yang canggih dan disebut-sebut sudah menyamai kamera digital single lens reflex (DSLR).

Namun, benarkah hasil jepretan kamera smartphone berkamera canggih sudah sama dengan kamera DSLR?

“Kamera handphone dan kamera DSLR sama saja hasilnya, asalkan ketika memotret kondisi pencahayaannya cukup, obyek tidak bergerak-gerak,” ujar fotografer harianKompas ini di sela peluncuran Western Digital My Passport Wireless, Jakarta, Kamis (12/3/2015) sore.

Karena kualitas itu, imbuh Arbain, orang-orang cenderung lebih banyak memotret menggunakan ponsel yang secara bobot jauh lebih kecil dan ringan. Selain itu, teknologi yang disematkan dalam kamera mungil itu pun turut berperan.

Ars Technica
(kiri) Foto outdoor menggunakan iPhone 6 Plus, ISO 32, f/2.2, shutter speed 1/1163 (kanan) Foto outdoor menggunakan Canon 5D Mark III, ISO 160, f/4.5, shutter speed 1/1250

Selain soal hasil yang sama, selama memenuhi syarat di atas, salah satu teknologi di kamera DSLR yang sudah disamai kamera ponsel adalah keberadaan optical zoom.

Menurut Arbain, saat ini sudah ada sejumlah ponsel yang menyematkan kemampuan optik tersebut dalam kamera mungilnya. “Seperti pada Samsung K-Zoom ini. Cuma, ini lensanya sekarang kan masih menonjol keluar,” ujarnya seraya menunjukkan gadgetyang dipakainya untuk memotret.

“Selain itu, saya juga pernah lihat Asus Zenfone di MWC (Mobile World Congress) yang ketika dibongkar ternyata sudah menggunakan optical zoom,” imbuhnya.

Optical zoom adalah perbesaran obyek foto melalui penyesuaian pada lensa. Hasilnya akan berbeda dengan digital zoom, yang merupakan perbesaran obyek foto dengan cara pemrosesan secara digital, tanpa bantuan lensa.

Digital zoom dengan kata lain hanya memperbesar gambar pada area tengah frame, sama saja dengan melakukan zoom menggunakan peranti lunak pengedit foto. Hasilnya akan mengurangi resolusi dan kualitas foto.

Meski demikian, kamera ponsel punya satu kelemahan yang tidak bisa dimungkiri. “Kamera handphone kan sekarang belum bisa dipakai untuk memotret sports. Speed-nya lambat. Namun, ke depan mungkin bisa,” ujar Arbain.

Hal inilah yang membuat kamera ponsel, meski disebut sudah mulai menyamai kamera DSLR, belum bisa dipakai memotret aksi atau kegiatan olahraga. Kelemahan lain yang terasa adalah ketika kamera ponsel digunakan untuk memotret dalam kondisi pencahayaan rendah.

Arbain, yang juga menggunakan ponsel dalam pemotretannya, mengakui bahwa kamera DSLR masih lebih tangguh dalam urusan ini, terutama bila yang digunakan adalah kamera SLR jenis full-frame yang memiliki sensor berformat 35 mm. “Ya, tetapi seberapa banyak sih Anda memotret dalam kondisi low light?” ujarnya memberi pertimbangan.

Kamera SLR full-frame yang dimaksud biasanya kerap digunakan untuk memotret, lalu foto akan dicetak dalam ukuran besar, misalnya foto dengan ukuran sebesar pintu rumah. Contohnya, Canon EOS 5Ds, Nikon D4S, dan Leica M.

Share This