Tentang Salonfoto Indonesia

Ajang Salonfoto lebih kepada pencarian gelar/pengakuan dari sesama kolega dalam lingkup fotografer baik itu domestik maupun internasional, tak ubah layaknya pencarian prestasi misal seperti di dunia musik dalam ajang Grammy Award atau di dunia film dalam ajang Academy Award dengan Piala Oscar-nya yang selalu diminati oleh insan perfilman.

Dengan memperoleh serta menambah gelar/prestasi dalam mengikuti salon, dapat dikatakan prestasi tersebut merupakan sebuah pencapaian tersendiri sepanjang karir seorang fotografer. Berbeda halnya dengan kompetisi foto yang berbau komersil, tidak ada gelar atau pengakuan yang bersifat seumur hidup (lifetime recognition) jika kita berprestasi dalam perSalonfotoan/kompetisi tersebut.

Hal tersebut yang membuat Salonfoto tetap hidup dan digemari oleh kalangan fotografer amatir yang acap kali menggabungkan dirinya kedalam sebuah klub foto dan berkomunitas didalamnya. “Tak kenal maka tak sayang”, ujar pepatah, maka dalam ulasan ini dihadirkan “selayang pandang” tentang Salonfoto dan perkembangannya.

Apa itu Salon?
Mendefinisikan kata salon itu sendiri tidak dapat dilepaskan dari sejarah panjang kebudayaan bangsa Perancis. Secara etimologi dalam Bahasa Perancis “salon” diartikan sebagai “ruangan yang besar tempat orang berkumpul”. Definisi salon ini bergeser menjadi “pertemuan/gathering” di akhir abad ke-17 ketika kaum intelektual, politikus, seniman dan kaum borjuis sering mengadakan jamuan dalam pertemuan-pertemuan klub ketika membahas tema-tema politik, sastra, seni dan gaya hidup.

Lantas dalam perkembangannya dalam dunia seni, untuk pertama kali pada tahun 1648 di Perancis kata Salon dipakai dalam acara pameran seni lukis dan patung yaitu, Salon d’Appollon atau lebih dikenal dengan nama Salon De Paris yang diselenggarakan oleh Royal Academie of Painting and Sculpture di Louvre, Perancis. Pada saat itu salon identik dengan nuansa “ningrat” dari kaum borjuis Perancis, dan seniman yang tampil adalah para seniman dengan penggayaan naturalisme, klasik, realisme, baroque, romantisme, piktorialisme, dsb.

Kegiatan tersebut bertahan hingga 200 tahun lebih, sampai ke titik dimana bermunculannya para seniman baru di era impresionisme, ekspresionisme, abstrak, surrealisme, dsb. Sistem medali bagi para partisipan akhirnya diperkenalkan sekitar tahun 1860 untuk menambah daya tarik para seniman untuk mengikuti salon.

Perkembangan Salonfoto
Di akhir abad ke-19 fotografi barulah lahir dan berkembang dengan pesat dalam melahirkan karya-karya bersejarah, walaupun demikian masih banyak seniman yang menganggap fotografi itu bukanlah seni, ekstremnya dalam beberapa literatur sejarah seni menyebutkan bahwa fotografi itu betul-betul terlepas dari yang namanya seni. Terlebih ketika istilah SALON dipinjam oleh kalangan fotografer.

Serupa dengan salon dikalangan seniman, salon dalam fotografi pun ditujukan sebagai ajang berpameran kepada publik setelah diawali dengan proses kurasi dari sebuah perkumpulan/klub di kota atau negara tertentu. Umumnya foto-foto yang dipamerkan pada awal Salonfoto di belahan benua Eropa dan Amerika circa tahun 1910 adalah pictorial, portraiture, manusia, pemandangan alam, still life, nude, dsb. Seiring dengan berkembangnya birokrasi dalam klub-klub fotografi amatir yang tersebar di seluruh dunia serta pesatnya kemajuan teknologi fotografi, salon-Salonfoto di belahan dunia manapun semakin berjamur. Sebagai contoh, di tahun 2012 saja terdapat lebih dari 150 Salonfoto bertaraf internasional yang tersebar dari Indonesia hingga Eropa Timur, dari Amerika Latin sampai Asia.

Sejatinya, Salonfoto bukanlah sebuah ajang kompetisi foto, melainkan ajang apresiasi foto melalui pameran karya foto setelah melewati proses kurasi terlebih dahulu. Maka dari itu jarang sekali terdapat hadiah berupa uang, walaupun tidak dipungkiri untuk menarik minat para calon peserta acapkali Salonfoto diming-imingi dengan hadiah berupa uang.

Salonfoto Indonesia
Salah satu misi Federasi Perkumpulan Senifoto Indonesia (FPSI) adalah memajukan seni fotografi di Indonesia antara lain dengan menyelenggarakan Salonfoto Indonesia yang diselenggarakan setiap tahun oleh FPSI dan dilaksanakan secara bergiliran oleh perkumpulan senifoto anggota FPSI. Sejak pertama kalinya diselenggarakannya Salonfoto Indonesia (SFI) pada tahun 1973 , pada tahun 2013 ini gelaran SFI telah menginjak usia 34 tahun, dengan catatan sebanyak tujuh kali mengalami absen.

Untuk lebih detil berikut dibawah ini adalah ringkasan maksud serta tujuan penyelenggaraan Salonfoto Indonesia oleh Federasi Perkumpulan Senifoto Indonesia:

  • Untuk memajukan dan mengembangkan mutu seni fotografi dalam arti seluas-luasnya di Indonesia dan di dunia internasional;
  • Untuk lebih menggairahkan dan meningkatkan kehidupan seni fotografi di Indonesia;
  • Untuk lebih meningkatkan apresiasi dan partisipasi masyarakat maupun industri fotografi dalam pengembangan seni budaya nasional melalui media fotografi.
  • Dengan kata lain Salonfoto Indonesia merupakan salah satu dari banyak kegiatan dari Perkumpulan Senifoto Indonesia (FPSI), tentu saja kegiatan ini bersifat “massive” dengan melibatkan hampir seluruh insan fotografi di Indonesia dalam tatanan klub foto amatir dan khalayak ramai. Salonfoto Indonesia dapat pula dianggap sebagai bentuk konkret dedikasi FPSI untuk menggairahkan serta meningkatkan kehidupan seni fotografi di Indonesia baik itu insan fotografi dan masyrakat secara umum

Pada Tahun 2013 ini Kota Bandung dengan Perhimpunan Amatir Foto (PAF) mendapat kesempatan menjadi klub foto pelaksana Salonfoto Indonesia untuk ketujuh kalinya. Telah tercatat sebanyak sembilan kali PAF Bandung telah turut menyelenggarakan kegiatan sekaliber Salonfoto baik itu pada skala nasional dan internasional, yaitu pada tahun 1937 & 1938 (Salonfoto Nederland-Indie I & II), tahun 1956 (1st International Photosalon of Indonesia versi GAPERFI) serta tahun 1974, 1977, 1981, 1992, dan 2000 (SFI dibawah naungan FPSI). Pada tahun 2004 untuk pertama kali di Indonesia, PAF menyelenggarakan acara Bandung International Salon of Photography (BISP), Salonfoto berskala internasional yang berhasil mendapatkan pengakuan (patronage) internasional dari induk federasi fotografi dunia, FIAP (Federation Internationale de I’Art Photographique).

Detail Jadwal Acara Salonfoto
Dibawah ini kami uraikan secara detail jadwal acara Salonfoto Indonesia ke 35 yang berlangsung selama 5 hari, 2 hari untuk acara penjurian dan rapat, 3 hari untuk hunting di Danau Toba bersama juri dan mereka yang mendaftarkan diri untuk paket hunting tesebut kepada panitia.

Hari 1, 12 Jam

  • Acara pembukaan penjurian Salonfoto
  • Penjurian Salonfoto Cetak Warna dan Cetak Monochrome

Hari 2, 12 Jam

  • Penjurian Salonfoto Soft-Copy Photo Travel dan Soft-Copy Creative
  • Rapat Kerja FPSI

Hari 3-5, 12 Jam

  • Hunting Exotic Danau Toba

Dewan Juri Salonfoto Indonesia ke 35
Ada 4 kategori pada acara Salonfoto Indonesia Ke 35, yaitu Cetak Warna, Cetak Monochrom, Soft Copy Photo Travel dan Soft Copy Creative. Panitia telah mempersiapkan para juri yang berpengalaman dalam dunia Fotografi, susunan dewan juri tersebut adalah sebagai berikut ini:
image
LOKASI:
24 – 26 OKTOBER 2014
GRAND ASTON CITY HALL, MEDAN – SUMATERA UTARA

Share This