Berapa kali anak-anak Anda memotret di kamera selulernya dalam sehari? Berapa banyak mereka mengunggahnya di media sosial?

Pertanyaan itulah yang dikemukakan Ibe Haryanto, Rektor Otonom Sekolah Sanggar Anak Akar pada malam penghargaan lomba dan pameran foto tingkat SMA/sederajat bertema “Anak dan Ibu Kota” di Graha Bhakti Budaya, Rabu (26/11/2014) malam. Ibe mengatakan, tak bisa dimungkiri bahwa “dunia keseharian” anak atau para pelajar saat ini juga ada di kamera selulernya.

“Untuk itu, kami memberikan ruang itu untuk mereka, mengarahkan mereka lebih positif untuk menggunakan ruang ini, apalagi kalau mereka lebih serius mau menggeluti fotografi untuk menangkap fenomena di sekelilingnya,” ujar Ibe kepadaKompas.com. 

Ada 110 karya foto yang dikirimkan ke meja panitia. Dari jumlah tersebut, dewan juri terdiri dari Ibe (Sanggar Anak Akar), M. Latief (wartawan Kompas.com), dan Mosista Pambudi (Galeri Foto Jurnalistik Antara) menyeleksi menjadi 24 karya untuk dipamerkan di Galeri Cipta 2, Taman Ismail Marzuki, pada 21-23 November 2014 lalu. Pada malam final dan penghargaan, dewan juri memilih lima karya foto terbaik untuk lima kategori dan satu karya foto favorit pilihan pengunjung pameran.

“Rata-rata yang masuk ke panitia sangat baik, meskipun dari sisi teknis mereka harus belajar lagi lebih giat. Tapi, yang lebih penting di sini adalah mereka berhasil menangkap keseharian di sekeliling mereka di ibu kota. Beberapa karya malah sudah bisa dibilang karya foto jurnalistik yang seperti bukan dilakukan anak-anak SMA,” kata Mosista.

Dok Rizky Budiman dari SMA Bakti IdhataFoto berjudul

Untuk kategori Kreatif, dewan juri memilih karya berjudul “Kebahagiaan di atas Roda Dua” karya Sendi Rafitama dari SMA Labschool Jakarta, sedangkan pada kategori Kemiskinan diraih foto bertema “Berkelahi dengan Waktu” karya Riska Pujiastuti dari SMA Bakti Idhata.

Sementara itu, foto bertema “Anak-anak Memancing Ikan” karya Shah Alam Pandu W dari SMA Muhammadiyah 18 Jakarta menjadi pemenang untuk kategori Aktifitas, sedangkan foto berjudul “Terlelap di Kerasnya Ibu Kota” karya Rizky Budiman dari SMA Bakti Idhata menyabet kemenangan untuk kategori Ibu Kota. Pada kategori kelima, yaitu Ruang Publik, pemenangnya adalah M Farhan A dari SMA Labschool dengan karya “Jakarta Needs a Break”. Adapun kategori foto terfavorit diraih oleh Kireina Aisyah ZM berjudul “Traffic Jam”.

Pengalaman

Memotret keseharian adalah hal paling sederhana dan banyak dilakukan oleh anak-anak usia sekolah lewat telepon seluler mereka. Namun, untuk menghasilkan “karya serius”, apalagi dilombakan secara terbuka, mereka mengaku butuh effort agar bisa menghasilkan karya yang baik dan sesuai tema.

“Saya harus terjun ke kali yang kotor. Memang, ini pengalaman buat saya dan ternyata menyenangkan,” kata Shah Alam, salah satu pemenang.

Dok Sanggar Anak AkarPara peraih penghargaan lomba dan pameran foto tingkat SMA/sederajat bertema

Pengakuan lain datang dari Kireina Aisyah ZM yang memenangkan penghargaan untuk karya terfavorit. Dia mengaku harus menunggu berlama-lama di jembatan penyeberangan untuk menangkap momen kemacetan Jakarta untuk fotonya berjudul “Traffic Jam”.

“Saya motret dari jembatan penyeberangan, karena dari situ saya bisa puas menangkap kemacetan sebagai keseharian di Jakarta. Dari jembatan ini jelas sekali gambaran kemacetannya,” kata Kireina.

Menanggapi hal itu, Ibe Haryanto mengaku sangat “surprised” dengan cara anak-anak menangkap realita ibu kota lewat imajinasi dan kreatifitasnya pada kamera dan fotografi. Memang, menurut Ibe, jika diarahkan dengan benar, anak-anak tentu punya ruang mengapresiasikan dirinya dengan baik, apapun bidangnya.

“Mereka dekat dengan ibu kota dan berhasil menangkap fenomena di perkotaan, tentang kemiskinan, masalah perkotaan, atau ruang publik, yang sebetulnya itu pekerjaan fotografer sungguhan lewat kaca mata jurnalistik. Tapi, di sini mereka membuktikan bisa melakukan itu, meskipun secara teknis masih jauh dari seorang fotografer profesional,” katanya.


Penulis : Latief
Editor : Latief
Share This