Citizen6, Jakarta Selama ini darah, terlebih darah menstruasi, selalu dikaitkan dengan stigma negatif. Darah menstruasi dianggap sebagai sesuatu yang menjijikkan. Padahal, darah menstruasi adalah sebuah siklus yang dialami tiap perempuan yang menandakan kedewasaan mereka.

Nah, bagaimana bila darah menstruasi tersebut kemudian dijadikan objek fotografi? Itulah yang dilakukan oleh Jen Lewis dan suaminya, Rob Lewis.

Saat Jen melihat darah menstruasinya, ia merasa heran mengapa masyarakat mengaitkan darah menstruasi sebagai sesuatu yang menjijikkan. Lewis pun mulai melakukan observasi dan mendapati bahwa darah digunakan dalam film, televisi, dan fotografi, namun masih dalam batasan konsep visual landscape. Saat itulah ia memikirkan proyek yang ia sebut Beauty in Blood.

 

 

Jen menggunakan darah menstruasinya untuk mewujudkan proyeknya tersebut. Awalnya lokasi pemotretan dilakukan di kamar mandi. Jen akan menuangkan darah menstruasinya ke dalam toilet kemudian Rob akan mengambil foto darah tersebut.

Namun kemudian mereka belajar untuk mengambil foto yang bagus dengan menggunakan akuarium yang berisi air bergaram untuk memperjelas pergerakan darah. Mereka tak hanya bekerja berdua. Lewis dibantu oleh seniman-seniman lainnya dalam mewujudkan proyeknya.

“Aku ingin menghilangkan tabu serta stigma buruk terkait darah menstruasi,” ujar Jen sebagaimana dikutip dari huffingtonpost.com, Senin (11/05/2015). “Aku juga ingin meningkatkan kesadaran masyarakat terkait isu-isu menstruasi.

 

 

Pameran fotografi tersebut dapat Anda saksikan langsung pada tanggal 04-40 Juni di Menstrual Health and Reproductive Justice Conference di Suffolk University Law School di Boston dari 4 Juni – 6 Juni 2015.

Anda dapat melihat karya-karya lainnya di sini

by :  

Share This