Tren Foto Klasik dan Cinematography untuk Abadikan Pernikahan

Jakarta, CNN Indonesia — Memasuki masa transisi dari sendiri menuju ikatan janji suci merupakan salah satu momen terbesar dalam hidup seseorang. Tak ayal, semua orang ingin menghentikan sementara momen bahagia itu dan mengabadikannya dalam jepretan kamera lewat foto pre-wedding.

Banyaknya permintaan foto pre-wedding membuat bisnis yang menawarkan jasa ini menjamur di mana-mana. Semua berlomba uji kreativitas lewat konsep-konsep foto yang ditawarkan atau mengeksekusi ide para pasangan. Namun sama seperti busana, foto pre-wedding pun juga punya trennya sendiri.

“Tema klasik lagi tren tahun ini, mulainya dari 2014 sih,” kata Marketing Adiza Photography, Cholifatul Rizal ketika ditemui dalam acara Culinary Wedding Festival 2015 di Sasana Kriya TMII.

“Yang berwarna masih dipilih, tapi (peminatnya) berkurang. Tidak seperti tahun 2013.”

Dikatakannya, di tahun ini semakin banyak pasangan yang sedang tergila-gila menggunakan konsep klasik untuk gaya foto mereka.

Konsep klasik yang dimaksud adalah konsep yang menawarkan citra masa tahun 60-an atau 70-an. Gambar-gambar hitam putih dan sephia pun dipilih untuk mengentalkan konsep klasiknya. Tak hanya itu, pakaian dan lokasi pengambilan gambar sengaja dipilih yang sama klasiknya.

Abadikan dengan video

Jika tren fotografi pra-pernikahan seolah kembali ke masa lalu, maka berbeda trennya dengan video. Mungkin dulu, tak terlalu banyak orang yang menggunakan video sebagai dokumentasi dalam kesakralan ucapan janji suci pernikahan. Jika ada pun, teknik pengambilannya masih sederhana saja.

Tapi kini, tren mulai berubah. Video tak lagi dinomorduakan. Rani Yuanasari, fotografer dari Elpizo photography & cinematography, mengatakan saat ini konsep pembuatan video pernikahan sedang tren.

“Namanya cinematic videography,” kata Rani saat ditemui di acara Culinary Wedding Festival 2015 di Sasana Kriya, TMII, Jakarta.

Ia menjelaskan, cinematic videography merupakan sebuah video dokumentasi yang memiliki sebuah jalan cerita atau storyline. Para videgrapher akan mendokumentasikan prosesi sebelum pernikahan sampai ijab kabul resmi diucapkan.

“Pengantinnya itu diarahkan sesuai dengan storyline yang sudah dibuat. Oleh karenanya, pengambilan gambarnya lebih ke detil misalnya gambar kaki saja,” ujar Rani.

Jika ada yang tidak sesuai dengen kehendak sang kameraman, pengantin harus rela untuk mengulang adegannya. “Kalau gambarnya enggak sesuai bisa diulang. Misalnya ada adegan menuang teh, itu enggak pas, ya diulang,” papar Rani.

“Tapi sebisa mungkin videographer bikin konsep yang simpel biar enggak terlalu sulit di lapangan,” imbuhnya.

Meski kadang cukup merepotkan, namun Rani mengaku tidak pernah ada yang komplain dengan pengulangan pengambilan gambar. “Sejak awal sudah diberitahu apa saja yang harus dilakukan. Jadi mereka sudah siap.”

Proses pembuatan cinematic videography ini diambil secara langsung. Jika akad nikah berlangsung pukul 8 pagi sampai 10 pagi, pengambilan gambar pun dilakukan dalam waktu yang sama. Bahkan, hasil video itu bisa langsung diputar pada acara resepsi yang diadakan sesudah akad nikah.

Share This